Rabu, 24 September 2014

makalah Euascomycetes






MAKALAH

Botani Tumbuhan Rendah
Euascomycetes, Bangsa Perisporiales dan Bangsa Plectascales”


D1ISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV :
ANDI MAYA SARI EKA PUTRI (A1C2 13 006)
BAGUS MAULANA                                   (A1C2 13 068)
HELKY ASTIKA                             (A1C2 13 118)
INDRA SAFITRI                             (A1C2 13 080)
MARLIYANTI                                 (A1C2 13 024)
RONY AFRIANTO                         (A1C2 13 100)
SRI SUSANTI                                   (A1C2 13 044)
WA ODE IRMA SARTIKA                       (A1C2 13 056)




PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014






KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmad dan karuniaNya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan.
Ringkasan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas mahasiswa dalam mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah yang berjudul Euascomycetes,Bangsa Perisporiales dan Bangsa Plectascales” kami sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam menyusun makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya mengharapkan semoga makalah ini mendapatkan keridhaan dari Allah SWT, dan dapat memberikan manfaat bagi saya sendiri dan kepada semua pembaca. Amin

kendari ,  September 2014

Penulis















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1  Latar belakang........................................................................................................1
1.2  Rumusan masalah..................................................................................................1
1.3  Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1  Apa saja Tahap-tahap menghasilkan askospora?...................................3
2.2  Bagaimana reproduksi dari Euascomycetes ?.........................................3
2.3  Apa saja Perbedaan antara Protoascomycetes dan Euascomycetes ?....5
2.4Apa saja Suku dari bangsa Perisporialesdan bangsa Plectascales?........6

BAB III PENUTUP......................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10













ii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Cendawan (Fungi) merupakan kelompok organisme eukariotik, kebanyakan multiseluler (jamur dan kapang) namun ada yang uniseluler (khamir). Cendawan tidak mempunyai kromatofora, oleh sebab itu umumnya tidak berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat bermacam-macam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Zat-zat warnanya terdiri atas senyawa aromatic yang tdak mengandung N. Talus hanya pada yang paling sederhana yang telanjang, umumnya sel-sel mempunyai membrane yang terdiri atas kitin dan selulosa.
Bagian tubuh yang vegetative terdiri atas benang-benang halus yang dinamakan hifa, yang seluruhnya merupakan miselium. Benang-benang itu ada yang bersekat-sekat ada yang tidak.Pembiakan dengan bermacam-macam spora, pada jamur yang hidup di air berupa spora kembara yang mempunyai bulu cambuk.Fungi yang hidup di darat dapat menghasilkan spora yang terbentuk di dalam sel-sel khusus (askus), jadi merupakan dospora, ada yang diluar basidium dan disebu eksospora. Di samping itu kebanyakan jamur dapat membiak aseksual dengan konidium.Pembiakan aseksual dapat berlangsung dengan berbagai cara, yaitu isogami, anisogami, oogami, gametangiogami (perkawinan dua gametangium yang berlainan jenis kelaminnya), dan somatogami (perkawinan dua sel talus  ynag tidak mengalami diferensiasi).Beberapa jenis jamur dapat merubah sel-sel tertentu menjadi alat-alat untuk mengatasi kala yang buruk, yang disebut teletospora, klamidospora, atau gemma. Dapat juga sekumpulan benang-benang miselium merupakan badan seperti umbu dan merupakan sklerotium.

1.2   Rumusan masalah
1.      Apa saja Tahap-tahap menghasilkan askospora?
2.      Bagaimana reproduksi dari Euascomycetes ?
3.      Apa saja Perbedaan antara Protoascomycetes dan Euascomycetes  
4.      Apa saja Suku dari  bangsa Perisporiales dan bangsa Plectascales




1.3  Tujuan
1.Untuk mengetahui Tahap-tahap menghasilkan askospora
2. Untuk mengetahui reproduksi dari Euascomycetes
3. Untuk mengetahui Perbedaan antara Protoascomycetes dan Euascomycetes  
4. Untuk mengetahui Suku dari  bangsa Perisporiales dan bangsa Plectascales




KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmad dan karuniaNya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan.
Ringkasan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas mahasiswa dalam mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah yang berjudul Euascomycetes,Bangsa Perisporiales dan Bangsa Plectascales” kami sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam menyusun makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya mengharapkan semoga makalah ini mendapatkan keridhaan dari Allah SWT, dan dapat memberikan manfaat bagi saya sendiri dan kepada semua pembaca. Amin

kendari ,  September 2014

Penulis














i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1  Latar belakang........................................................................................................1
1.2  Rumusan masalah..................................................................................................1
1.3  Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1  Apa saja Tahap-tahap menghasilkan askospora?...................................3
2.2  Bagaimana reproduksi dari Euascomycetes ?.........................................3
2.3  Apa saja Perbedaan antara Protoascomycetes dan Euascomycetes ?....5
2.4Apa saja Suku dari bangsa Perisporialesdan bangsa Plectascales?........6

BAB III PENUTUP......................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10













ii





BAB II
PEMBAHASAN
Euascomycetes

Cendawan yang termasuk golongan ini mempunyai askus di dalamnya sejumlah askospora yang tetap, yaitu selalu 8. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Askus adalah suatu sporangium yang menghasilkan askospora.
2.1 Tahap-tahap menghasilkan askospora
Askus dalam Ascomycetes merupakan alat sebagai alat reproduksi yang spesifik, yang sebenarnya tidak lain dari pada sporangium yang berbentuk buluh dengan jumlah spora (yang terjadi endogen menurut pembentukan sel bebas) yang tertentu yaitu 8 kadang-kadang 4. Seperti terdapat pada Saccharomyces. Peristiwa terjadinya askospora sebagai berikut :
1.   Perkawinan (kopulasi) antara gametangium betina dengan gametangium jantan
2.   Plasmogami, bersatunya plasma kedua gametangium tersebut
3.   Kariogami, bersatunya inti yang berasal dari kedua gametangium tadi
4. Pembelahan reduksi setelah kariogami, baru kemudian di susul dengan bembentukan askospora secar endogen, menurut pembentukan sel bebas.

2.2  Reproduksi dari Euascomycetes
 Pada Euascomycetes askus tidak langsung terbentuk dari zigot yang berasal dari peleburan  dua gametangium, akan tetapi seperti berikut. Dalam calon-calon tubuh buah sel-sel ujung hifa pada gametofit membesar menjadi sebuah badan yang mengandung banyak inti, yaitu gametangium betina yang pada Euascomycetes ini disebut askogonium, pada ujung askogonium terdapat suatu tonjolan yang memanjang dengan ujung yang bengkok dengan  di dalamnya banyak inti. Tonjolan dengan bentuk yang sitimewa ini dinamakan dengan trikogin. Dari ujung hifa yang berdekatan ada yang sel-sel ujungnya lalu berubah menjadi anteridium yang bersentuhan dengan ujung trikogin. Alat-alat kelamin ini terdapat bergerombol-gereombol. Ujung trikogen itu lalu membuka dan  intinya lalu mengalami degenerasi. Inti jantan dari anteridium lalu masuk melalui trikogen kedalam askogonium. Dalam askogonium ini inti jantan dan betina tidak mengadakan perkawinan, melainkan hanya berpasang-pasangan saja. Dari asakogonium ini terbentuk  hifa askogen, dan inti berpasanag itu lalu masuk kedalamnya. Hifa askogen inilah yang dapat kita pandang sebagai sporofitnya.
Euascomycetes, karena hifa inilah yang akhirnya menghasilkan askospora. Hifa askogen bercabang-cabang dan bersekat, dan pasangan inti jantan dan betina  memperbanyak diri dengan tiap-tiap kali membelah secara serempak, dan dengan ini sel-sel hifa askogen masing-masing mempunyai sepasang inti  jantan dan betina . Akhirnya dari sel-sel ujung cabang-cabang hifa askogen akan terbentuk askus.  Sebelum askus terbentuk, sel ujung hifa membengkok membentuk badan seperti kait.   
Sepasang inti dalam sel ujung itu lalu membelah serempak, hingga dalam sel ujung tasdi terdapat 2 pasang inti. Dari 4 inti yang terjadi, sepasang  (jantan dan betina) tinggal pada bagian atas sel ujung, dari yang dua lainnya satu masuk ke dalam kait, yang lainnya tinggal dalam tangkai kait. Kait beserta tangkainya lalu terpisah oleh suatu dinding melintang dari ujung hifa yang mengandung sepasang inti  jantan dan betina. Dengan demikian  pada ujung hifa terdapat suatu bagian yang terdiri atas tiga sel, satu yang paling ujung dengan sepasang inti, satu yang berasal dari ujung kait dengan satu inti, dan satu lagi yang tepat di  bawah sel yang paling ujung dengan  satu inti pula .Sel yang paling ujung dengan  sepasang inti betina dan jantan itulah yang merupakan calon askus. Kedua inti jantan dan betina itu lalu bersatu, dan sel itu kemudian membesar menjadi sebuah sporangium berbentuk gada dengan satu inti yang d iploid. Inti y ang diploid itu lalu mengadakan  pembelahan tiga kali berturut-turut. Dalam askus itu sekarang terdapat  8 inti haploid melalui  pembentukan sel bebas lau menjadi  8 askospora.
Tidak semua plasma dalam askus  habis untuk pembentukan spora tadi. Ke 8 askospora yang terbentuk itu terdapat di dalam  plasma yang merupakan sisanya dari yang terpakai untuk  pembuatan spora tadi . sisa plasma itu dinamakan periplasma. Jika askusn telah masak, dindingnya lalu membuak,  dan askospora oleh karena  mengembangnya periplasma dan kontraksi dinding askus  yang elastic itu dapat terlempar  samp[ai beberapa cm jauhnya. Selanjutnya oelh angin askospora  tersebar kemana-man dan  tumbuh menjadi tumbuhan  baru (gametofit).
Sel kait sementara itu bersatu kembali dengan sel di bawah askus yang juga hanya mempunyai satu inti, dan dengan demikian sepasang Inti yang semula  terpisah itu kembali berpasangan  dalam sel di bawah askus tadi. Sel ini dapat mengulangi pembentukan  kait seperti di uraikan di atas untuk pembentukan calon askus baru. Dengan cara ini pada ujung hifa askogen dapat terbentuk sejumlah askus yang terkumpul merupakan suatu berkas.
Menjelang waktu copulasi, akat-alat kelamin diselubungi oleh selapis hifa pembalut yang haploid. Pada terbentuknya hifa askogen, hifa pembalut ikut  memanjang. Hifa-hifa askogen beserta askusnya membentuk suatu tubuh buah. Askus beserta benang-benang steril  yang berasal dari hifa pembalut  itu merupakan  suatu lapisan pada tubuh buah yang dinamakn himenium.

2.3  Perbedaan antara Protoascomycetes dan Euascomycetes  
Perbedaan antara Protoascomycetes dan Euascomycetes  terletak pada hal-hal berikut :
-          Dari kopulasi gametangium  tidak langsung terbentuk askus
-          Persatuan plasma (plasmogami) dan perkawinan inti jantan dan betina (kariogami) terpisah baik tempat maupun waktunya .
Peristiwa kopulasi dapat lebih sederhana atau mungkin sama sekali tanpa pembentukan alat-alat seksual yang khusus. Kopulasi dapat terjadi antara dua sel hifa vegetatif, bahkan mungkin dua askospora mengadakan perkawinan. Seringkali anteridium tidak ada, tugas anteridium lalu diganti oleh suatu hifa vegetatif, bahkan oleh suatu konidium. Dalam keadaan yang demikian, trikogin askogonium lalu melekat pada sel yang mengambil alih tugas anteridium tadi. Jadi bertemu inti jantan dan betina belum member jaminan akan terjadinya perkawinan kedua inti tadi. Syarat-syarat  apa dan di bawah pengaruh  kekuatan apa akhirnya  kedua inti lalu bersatu, belum diketahui dengan pasti.
Kedua inti yang akhirnya bersatu  pula itu, sudajh barng tentu bukan lagi inti-inti kelamin yang asli, yang berasal dari anteridium dan askogonium, akan tetapui keturunan inti-inti tadi.
Kejadian-kejadian yang menyimpang dari yang telah diuraikan itupun kita jumpai. Peristiwa kopulasi dapat lebih sederhana atau  mungkin sama sekali tanpa pembentukan alat-alat seksual yang khusus. Kopulasi dapat terjadi antara dua sel hifa vegetative, bahkan mungkin dua askopsora  mengadakan perkawinan.
Seringkali anteridium n tidak ada, tugas anteridium  lalu diganti oleh suatu hifa vegetative, bahkan mungkin oleh suatu konidium. Dalam keadaan demikian, trikogin askogonium  lalu melekat pada sel  yang mengambil alih tugas  anteridiu  tadi.  Mungkin juga tidak terjadi sama sekali  kopulasi, dan inti askogonium lalu membelah dabn menghasilkan inti yang berpasang pasangan, atau inti spora yang haploid pada perkecambahan  spora itu lalu membelah, dan keturunan inti-inti itu dalam sel-sel vegetative t etap berpasang-pasanagn, dan baru bersatu  pada waktu pembentukan askus.    
Kejadian yang menyimpang dari pembentukan askus yang normal buykan hanya berbeda  pada jenis yang berbeda, tetapi mungkin pula terjadi pada suatu jenis, misalnya  pada Neurospora sithophila.
Tidak jarang terjadinya inti  yang berpasanagn itu baru kemudai setelah hampir tiba wakrtunya pembentukan  kait, jadi ghifa askogen itu mula-mula sel-selnya mengandung banyak inti.
Jika askospora mengasdak kopulasi, maka tidak terdapat gametofit. Selain dari itu sporofitnya dapat pula mengalami suatu reduksi, jika askus langsung terbentuk askogonium, atau spora terbentuk  dalam gametangium betina. Selanjutnya mungkin juga pada sporofit tidak terbentuk kait, atau jiak ada kait, pada masing-masing lalu terdapat dinding pemisah.
Klasifikasi Euascomycetes ke dalam takson yang lebih kecil masih berbeda-beda. Kita pilih salah satu seperti dibawah ini.

2.4  Suku dari  bangsa Perisporiales dan bangsa Plectascales

Bangsa Perisporiales
Kopulasi antara askogonium dan anteridium akhirnya menghasilkan badan buah yang diselubungi oleh suatau dinding yang dinamakan peridium. Peridium bulat atau bangun perisai, tertutup atau dengan sebuah lubang pada bagian atasnya. Dalam bangsa ini termasuk.
a.      Suku Erysiphaceae
Kebanyakan parasit pada tumbuhan tinggi. Miselium yang muncul ke udara melapisi epidermis organ tumbuhan inang yang diserang dan  kelihatan keputih-putihan seperti tepung, oleh sebab itu juga dinamakan embun tepung (mildew). Miselium menghasilkan konidium. Selain konidium terdapat pula tubuh buah berupa peritesium. Tangkai konidiopora pada beberapa jenis cendawan “embun tepung” sering di anggap sebagai jamur lain dan dinamakan Oidium.
Dari suku ini yang hidup sebagai parasit dan menimbulkan penyakit pada budi daya tanaman  antara lain:
-          Oidium hevea, menyerang daun para (Hevea brasilliensis)
-          Oidium tuckeri, embun  tepung pada tanaman anggur, yang menyerang buah dan daun-daunnya. Jamur ini sebenarnya adalah Uncinula necator, yang jarang sekali memperlihatkan tubuh buah. Jika ada, tubuh buahnya berupa peritisium yang pada ujungnya terdapat tambahan yang tergulung. Jamur ini diberantas dengan obat-obatan yang mengandung belerang.
-          Erysiphe polygoni (E.pisi), menyerang warga Leguminosae, terutama kacang kapri (Pisum sativum)
-          E.graminis pada rumput

b.      Suku Porisporiceae    
Warga suku ini hidup sebgai epifit pada tumbuh-tumbuahan.miselium yang di udara berwarna pirang atau hitam, misalnya Capnodium salicinum (embun jelaga).
c.       Suku Microthyriaceae
Warganya mempunyai tubuh buah berbentuk perisai. Contoh Microthyrium microscopicumcara.

Bangsa Plectascales
Pada jamur  ini gametangium terbentuk secara bebas . Kopulasi antara askogonium dan anteridum. Jamur ini membentuk tubuh buah, baik diluar maupun di dalam substratnya. Tubuh buah berbentuk bulat, mempunyai dinding terdiri atas lapisan miselium steril yang disebut peridium. Askus terdapat di dalamnya dan susunannya tidak beraturan. Askus itu keluar dari hifa askogen, dan mengandung 2-8 spora. Cara membukanya tubuh buah juga tidak beraturan. Pada beberapa jenis, selain tubuh buah terdapat pula pembentukan konidium dengan konidiofora yang seringkali malahan lebih bnayak daripada tubuh buahnya.
Dari bangsa ini terdapat beberapa suku, antara lain:
a.       Suku Gymnoascacea
Pada suku ini gametangium masih sangat sederhana, serupa gametangium pada Dipodascaceae. Askus bulat merupakan suatu berkas di samping askogonium yang memanjang. Hifa askogen (sprofit) belum sempurna. Hifa pembalut dan tubuh buah belum terdapat. Pada jenis-jenis cendawan tertentu dari suku ini antara lain pada Ctenomyces, telah terdapat hifa askogen yang pendek, dan mulai kelihatan permulaan pembentukan tubuh buah dengan hifa-hifa pembalut yang belum teranyam rapat. Jenis-jenis lainnya dimasukkan dalam dua marga ialah Gymnoascus dan Myxotrichum.
b.      Suku Aspergillaceae
Alat kelamin betina (askogonium) telah mempunyai trikogen dan sehabis perkawinan zigot membantu hifa askogen. Tetapi gametangium itu seringkali mengalami reduksi jadi belum terdapat  keseragaman mengenai alat kelaminnya. Tubuh buah berupa kleistotesum yang kadang-kadang hanya berupa setukal hifa yang tidak beraturan, tetapi paling sedikit dapat di bedakan dalam suatu jaringan dasar yang tidak dapat dan selubung (peridium) yang bersifat sebagai plektenkim. Askus bulat, tersebar tidak beraturan dalam badan buah tadi dan sporanya baru dapat terpencar, jika tubuh buah telah pecah.
Dari suku ini yang  terkenal ialah marga Aspergillus. Konidiofora pada  ujungnya membesar, dan pada ujung itu terdapat sterigma dengan knodium yang berderet-deret, misalnya pada : konidiofora pada ujungnya membesar dan pada ujung itu terdapat sterigma dengan konidium yang berderat-deret, misalnya pada:
-          Aspergillus oryzae, digunakan dalam pembuatan minuman alcohol (sake) dari nasi
-          Aspergillus wentii, mempunyai daya untuk memecah zat putih telur dan mengubah karbohidrat seperti tepung dan zat-zat yang menyerupai selulosa menjadi gula. Dipergunakan antara lain pada pembuatan kecap dan taoco
Jenis-jenis lain dalam marga ini yaitu A. herbariorum, A. niger, dan A. flavus. Penicilium, konidiofora pada ujung tidak melebar melainkan bercbang-cabang, dengan deretan konidium pada cabang-cabang tadi. Jamur ini banyak terdapat sebagai saprofit pada bahan-bahan organic, misalnya:
-          P. notatum, yang menghasilkan antibiotic penislin.
-          glaucura, antara lain menyebabkan roti menjadi “apeg” dapa pula menghasilkan.




BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
1.      Askus dalam Ascomycetes merupakan alat sebagai alat reproduksi yang spesifik, yang sebenarnya tidak lain dari pada sporangium yang berbentuk buluh dengan jumlah spora (yang terjadi endogen menurut pembentukan sel bebas) yang tertentu yaitu 8 kadang-kadang 4. Seperti terdapat pada Saccharomyces.
2.      Pada Euascomycetes askus tidak langsung terbentuk dari zigot yang berasal dari peleburan  dua gametangium, akan tetapi seperti berikut. Dalam calon-calon tubuh buah sel-sel ujung hifa pada gametofit membesar menjadi sebuah badan yang mengandung banyak inti, yaitu gametangium betina yang pada Euascomycetes ini disebut askogonium, pada ujung askogonium terdapat suatu tonjolan yang memanjang dengan ujung yang bengkok dengan  di dalamnya banyak inti.
3.      Peristiwa kopulasi dapat lebih sederhana atau mungkin sama sekali tanpa pembentukan alat-alat seksual yang khusus. Kopulasi dapat terjadi antara dua sel hifa vegetatif, bahkan mungkin dua askospora mengadakan perkawinan. Seringkali anteridium tidak ada, tugas anteridium lalu diganti oleh suatu hifa vegetatif, bahkan oleh suatu konidium.
4.      Suku dari Bangsa Perisporiales : Suku Erysiphaceae, Suku Porisporiceae,dan Suku Microthyriaceae.Sedangkan suku dari Bangsa Plectascales : Suku Gymnoascacea, dan Suku Aspergillaceae.
3.2       Saran











DAFTAR PUSTAKA

Tritrosoepomo, Gembong.1989.Taksonomi tumbuhan.Universitas Gadjah Mada: Bogor
http:// Ascomycetes ~ FEDERATION STUDENT OF BIOLOGY.htm (Diakses pada hari     Selasa tanggal 3 September 2014 pukul 19:30)
http:// Daily Archives _ Juni _ 2012 _ Kelas A Is The Best Class Of Biology IAIN Mataram.htm (Diakses pada hari     Selasa tanggal 3 September 2014 pukul 19:35)

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar